Minggu, 20 Oktober 2013

RESEP NASI GULUNG SUSHI

Nasi Gulung Nori ( "sushi" rumahan )

Ini ceritanya kelaperan tapi males ke supermarket beli bahan-bahan untuk isian sushi sebenarnya. Makanya bahan2 yg dipake cuma yang ada dirumah aja smile
Resep Nasi Gulung Nori (

 Porsi: 2 orang

 Waktu Masak: 20 menit

 Bahan-Bahan

  • Nori1 lembar
  • Sepiring Nasi Putih Panassecukupnya
  • Mentimun1 buah
  • Telur Ayam2 butir
  • Lada (Merica)secukupnya
  • Garamsecukupnya
  • Saus Sambalsecukupnya

 Cara Membuat

Langkah 1
Kocok telur tambahkan garam, buat menjadi telur dadar. Matang lalu potong memanjang.
Langkah 2
Potong mentimun memanjang menjadi 2 bagian, lalu buang bagian bijinya karena yang akan dibutuhkan hanya daging mentimun saja. Lalu potong menjadi 2 bagian lagi memanjang.
Langkah 3
Siapkan sushimat dan letakan nori diatasnya. Ambil sepiring nasi putih panas dari rice cooker, ratakan sambil di tekan2 diatas nori supaya nasi menempel dengan nori. Taburi nasi dengan lada bubuk.

Langkah 4
Ambil potongan2 telur dan mentimun, lalu tata memanjang dan gulung dengan sushimat.

Tips menggulung:
hati2 pada saat awal menggulung, karena isian bs tercecer jk asal menggulung. usahakan jari tangan ikut menekan-nekan nasi dan isian supaya rapi gulungannya.
Langkah 5
Setelah tergulung rapi. Iris dengan pisau, usahakan pisau tajam. karena tektur nori dan nasi yang lengket bs membuat irisan menjadi tdk rapi.

Tips Memotong Nori:
1.Pakai pisau tajam
2.Setelah irisan pertama, taruh pisau diair hangat lalu lap dengan lap makan lalu mulai memotong lagi begitu seterusnya.
Hal tersebut membuat irisan bs tipis dan pas satu suapan di mulut.

Minggu, 06 Oktober 2013

LUKISAN FRANCIS BACON

Lukisan Francis Bacon Memecahkan Rekor Penjualan US $86 Juta Dollar (870 Miliar)



Triptych 1974-77 karya Francis Bacon (1909-1992) terjual seharga US $86,3 juta dollar (870 miliar) pada Mei tahun lalu membuatnya sebagai karya seni termahal yang pernah terjual pada suatu lelang dan karya kontemporer paling berharga yang pernah terjual di Eropa. Jika Anda heran bagaimana harganya bisa melambung setinggi itu, bayangkan saja ada orang-orang punya sangat banyak uang hanya untuk anggaran koleksi mereka, yang sepertinya jumlahnya lebih besar dari uang yang dimiliki banyak negara kecil.

VILLA TERMAHAL DI DUNIA

Orang Kaya Rusia Membeli Rumah Vila di Riviera Seharga US $750 Juta Dollar (7,5 Triliun)



Bangunan ini, dibangun oleh Raja Leopold II dari Belgia pada tahun 1902, dibeli tahun 2008 dengan harga jauh di atas harga sesungguhnya, bahkan jauh lebih mahal dari vila moderen termewah di situ. Mikail Prokhorov disebut-sebut membayar lebih dari US $ 750 juta dollar (7,5 triliun) untuk membeli Villa Leopolda yang terletak di antara Nice dan Monaco ini.

PERANGKO 3 SEN TERMAHAL

Perangko 3 Sen Langka Terjual Seharga Lebih dari US $1 Juta Dollar (10 Miliar)



Perangko 3 sen "B Grill" berwarna seperti bunga mawar ini adalah satu dari empat perangko sejenis yang masih ada. Seorang pembeli yang tidak diketahui memenangkan lelangnya seharga US$ 1,035 juta dollar (10 miliar). Sepertinya perangko-perangko keren koleksi Anda tidak ada harganya dibandingkan dengan yang ini. Hmmm...

KARTU BASEBALL

Kartu Baseball Honus Wagner 1909 Terjual US $1,62 Juta Dolar (17 Miliar)



Mungkin Anda mengira ini kartu baseball termahal dunia. Kenyataanya tidak, ada yang lebih mahal lagi, kartu baseball Wagner lainnya pernah terjual seharga US 2,8 juta dollar (29 miliar) tahun 2007 lalu. Sepertinya Wagner ini adalah pemain baseball besar di masanya. Entah berapa penghasilannya dulu di tahun 1909.

BERLIAN BIRU

3. Berlian Biru Langka Terjual dengan Harga Rekor Dunia US$8,9 Juta Dollar (90 Miliar)



Berlian biru seberat 13,9 karat ini membuat rekor pejualan berlian setelah terjual dengan harga US $8,9 juta dollar (90 miliar) di balai lelang Christie di Geneva tahun lalu. Berlian ini disebut-sebut sangat langka dan mengandung boron, membuatnya berwarna kebiru-biruan.

PLAT NOMOR TERMAHAL

2. Plat Nomor Termahal Di Dunia Seharga US$14,3 Juta Dollar (150 Miliar)



Orang-orang berduit biasanya mau mengeluarkan uang lebih untuk membeli plat nomor bernomor khusus untuk mobilnya. Tapi plat nomor yang satu ini berharga US $14,3 juta dollar (150 milyar!), dibeli pebisnis Uni Emirat Arab, Saeed Abdul Ghafour. Plat nomor ini memang menunjukkan dirinya adalah orang nomor 1 karena plat nomor ini memang berlabel hanya angka "1". Lelang plat nomor ini diselenggarakan di hotel bintang 7 Emirates Palace Hotel di Abu Dhabi. Bayangkan jika plat nomor ini dipasangkan di Ferrari di atas dan menjadi kombinasi mobil termahal dengan plat nomor termahal pula. Wow !

Cerpen si gendut menjebak tuyul


Si Gendut Menjebak Tuyul


Memang badannya sangat gemuk, sehingga oleh temannya dipanggil si Gendut. Sebetulnya namanya Bambang, tetapi nama itu sendiri hampir dilupakan orang, sebab mereka lebih suka memanggilnya Gendut dari pada Bambang. Kecuali ayah ibunya, tak ada yang memanggilnya Bambang.
Gendut tidak marah dengan sebutan istimewa itu. Justru itu menyebabkan dirinya disenangi oleh teman-temannya selain ia sendiri memang suka melucu.
si gendut
Si Gendut Menjebak Tuyul?
Terhadap takhayul, Gendut percayanya setengah mati. Ada-ada saja ceritanya mengenai hal tersebut. Pada suatu hari ia menemui beberapa orang temannya lalu bercerita kepada mereka, bahwa ayahnya baru saja kehilangan uang.
“Barangkali terjatuh di jalan,” sahut Didi.
“Kata ayah tak mungkin. Sebab ketika sampai di rumah uang itu masih genap.”
“Mana kau tahu bahwa uang itu masih genap?” sela Budi.

“Ayah yang mengatakan,” Gendut menandaskan.
“Berapa jumlah uang yang hilang itu?” tanya yang lain.
“Tidak banyak. Cuma seribu rupiah.”
“Barangkali ayahmu lupa menaruhnya.”
“Ayahku belum pikun, kawan!” pekiknya geram, sementara itu teman-temannya sama tertawa berhamburan.
“Diam! Diam! Diam!” anak-anak itu diam seketika mendengar bentakan Gendut yang sekeras geledek itu. Lalu lanjutnya:
“Dengarlah! Kami memang sering kehilangan uang, tetapi bukan karena terjatuh di jalan atau lupa menaruhnya, melainkan hilang diambil tuyul.”
“Ah, mana mungkin ada tuyul di kampung kita ini,” kata Budi.
“Bukan dari kampung kita melainkan dari kampung lain,” Gendut mempertahankan omongannya.
“Sayang aku tak pernah memergoki tuyul-tuyul itu. Seandainya aku bisa menangkapnya, pasti akan kucincang dan kusate tubuhnya. Ah, sayang!”
Anak-anak diam. Rupanya mereka mulai percaya akan omongan si Gendut ini.
“Kabarnya dengan mempergunakan kepiting sungai kita dapat menangkap tuyul itu,” ujar Didi memecah keheningan.
“Mengapa harus dengan binatang itu? Tidak! Aku ada jalan lain,” sahut Yono dari belakang. Yono dikenal anak-anak itu sebagai anak yang bandel.
“Bagaimana caranya? Dengan apa harus kita tangkap?”
“Ini harus kita kerjakan pada malam hari waktu terang bulan. Untung nanti malam terang bulan. Jadi sudah bisa kita kerjakan.”
Kemudian Yono membeberkan rencananya. Anak-anak mendengarkan dengan penuh minat. Mereka memang mengakui bahwa Yono selain bandel juga sangat pandai mengatur siasat.
“Percayalah!” ujar Yono sehabis memberi keterangan: “Dengan jalan ini si tuyul itu tak mungkin akan terlepas dari perangkap kita, pasti akan tertangkap basah!”
“Lantas siapa yang akan kita jadikan umpan?” tanya Agus.
“Ya, siapa? Aku tak mau. Hiii, takut. Siapa?” mereka kembali ramai. Saling menunjuk dan saling menolak.
Yono segera meredakan keadaan itu. Katanya:
“Begini saja! Karena yang sering kehilangan uang adalah pihak si Gendut, bagaimana kalau dia saja yang kita jadikan umpan. Mau tidak kau, Dut?! Bukankah kau ingin sekali mencincangnya?”
Gendut diam saja. Bimbang sekali hatinya. Sebenarnyalah ia juga merasa takut. Tetapi karena didesak oleh teman-temannya, maka akhirnya ia pun mau menerima pula.
“Tapi ingat, kalian harus menjagaku dari balik semak-semak,” pesannya.
“Jangan khawatir! Tanggung beres!” sahut Yono.
Bulan bergantung di langit dengan senyum rawannya. Angin dingin menyebarkan kisiknya kepada dedaunan, sementara batu-batu menggigil menahan dingin yang menyengat.
“Ayo, cepatlah, Dut!” peritah Yono lirih. Sejenak Gendut ragu.
Baru setelah kawannya itu mengulangi perintah, pelan-pelan ia melolosi pakaiannya satu per satu. Sebentar saja tubuhnya yang bulat itu telah polos plontos. Anak-anak yang lain berusaha menahan geli menyaksikannya.
“Nah, sekarang duduklah kau di atas batu itu,” kembali perintah Yono. “Kemarikan pakainmu itu, biar aku saja yang membawanya. Ingat! Kau harus menghadap ke timur. Sebab tuyul selalu muncul dengan membelakangi cahaya. Nah, cepat kerjakan! Kami akan menjagamu dari belakang. Di gerombolan semak itu.”
Gendut berjalan menuju batu besar dan mengerjakan seperti apa yang diperintahkan oleh sang kawan. Sesekali ia menoleh ke belakang melihat teman-temannya yang mulai berlompatan masuk ke dalam semak.
Suasana sangat hening. Hanya bunyi jengkerik dan belalang berusaha mendobrak kesunyian itu. Di atas batu besar Gendut duduk bersila menghadap ke arah timur.
Angin dingin mengusap tubuhnya yang telanjang itu, membuat kulitnya merinding semua. Ditahannya napas sementara matanya jalang menatap ke depan. Berdebar-debar hatinya menantikan kemunculan tuyul itu.
Sementara itu, di dalam semak-semak Yono membisiki teman-temannya. Terdengar kasak-kusuk sejenak, kemudian kembali sepi.
Dengan hati-hati anak-anak itu beringsut ke belakang. Kian lama kian jauh dari tempat Gendut bersila. Kemudian mereka itu pun berlari meninggalkan tempat tersebut sambil tertawa terbahak-bahak.
Gendut sangat terkejut dengan kenyataan itu. Segera saja benaknya merasakan firasat bahwa dirinya telah ditipu oleh teman-temannya. Maka dengan tangkas ia meloncat turun. Sejenak ia terlongoh menyadari dirinya dalam keadaan telanjang bulat, dan…
“Ya, ampun! Pakaianku dibawa mereka. Kurang ajar!” Gendut mengumpat kalang kabut. Hampir ia menangis menyesali nasib yang menimpa dirinya.
Segera saja ia berlari pulang dalam keadaan telanjang. Beberapa orang yang kebetulan menyaksikannya terheran-heran dan mengira Gendut sudah tidak waras lagi. (R.Purwanto-Bobo)

Kuda kayu yang dicuri

Kuda Kayu yang Dicuri

Hakim membunyikan belnya, seketika itu juga ruangan menjadi tenang. Setelah ruangan menjadi tenang, Hakim itu berbicara dengan suara yang berwibawa.
Kuda_medium
“Aku adalah hakim dari desa Navalacorneya dan daerah sekitarnya. Orang-orang sudah mengenal aku sebagai hakim yang adil. Orang-orang yang tidak bersalah senang kepadaku, sedangkan orang-orang yang bersalah takut bahkan membenci aku. Sekarang giliran Pasqual untuk berbicara.”
“Aku adalah Pasqual, seorang tuan tanah yang terkaya di desa ini. Aku datang ke sini untuk mengadu, bahwa seseorang telah mencuri kuda kayu saya, Bapak Hakim. Kuda itu bagus sekali. Di dunia ini tak ada kuda kayu yang sebagus ini. Pada suatu malam ketika hujan sedang turun dengan lebat datang seorang mencuri kuda itu. Karena itu saja mohon agar Bapak Hakim menghukum si pencuri itu!”
“Sekarang giliran Ramona berbicara. Benarkah bahwa kau pernah menjual kuda kayu itu kepada Pasqual?” tanya Hakim.
“Aku adalah Ramona, seorang tukang bubur yang terkenal di desa ini dan daerah sekitarnya. Memang Pak Hakim, saya telah menjual kuda kayu yang dibuat oleh Niceto, suamiku, dengan harga Rp. 5.000,-“ jawab Ramona.
Mendengar istrinya menjual kuda kayu itu hanya seharga Rp. 5.000,-, Niceto terisak-isak.
“Astaga! Kuda sebagus itu hanya dijual Rp. 5.000,-,” Niceto mengeluh.
“Tenang! Tenang!” teriak hakim sambil membunyikan belnya.
“Aku tidak menyesal meskipun saya telah menjualnya!” jawab Ramona.
“Pak Hakim! Saya menjual kuda itu karena saya sudah muak dengan benda itu selama beberapa hari. Dan selama itu ia tidak pernah membuat lemari untuk dijual, sehingga kami tidak mempunyai uang. Maka kuda itu lalu saya jual. Tapi hasil penjualan kuda itu sudah tidak ada, karena sudah saya berikan kepada orang lain. Jadi dapat dikatakan, bahwa kuda itu telah kuberikan kepada orang lain.”
“Lima ribu rupiah! Lima ribu rupiah! Yah, ampun kuda sebagus itu hanya dijual lima ribu rupiah! Kuda yang terbagus di dunia ini!” Niceto menangis terisak-isak.
“Tenang! Tenang! Tenang!” teriak Hakim, lalu katanya, “Tertuduh harap berdiri!”
Niceto berdiri sambil menangis.
“Benarkah engkau yang mengambil kuda itu?” tanya Hakim.
Kuda_medium (1)
“Saya adalah Niceto, pembuat lemari yang terpandai di desa dan daerah ini. Saya tidak mencuri kuda itu. Bagaimana mungkin saya dapat mencurinya, karena saya tidak tahu di mana kuda itu berada. Kuda itu menghilang dari kamar kerja saya sejak beberapa hari yang lalu. Saya telah mencarinya tetapi sia-sia belaka. Hal itu saya katakan kepada istri saya. Ia mengaku, bahwa ia telah menjualnya. Uang penjualan itu akan digunakan untuk membeli minyak dan tepung untuk membuat bubur,” demikian Niceto bertutur sambil menangis katanya lagi,
“Saya sudah bosan membuat lemari. Semua lemari di sini adalah buatanku. Saya ingin membuat sesuatu yang lain, yang juga menghasilkan uang.
Pada suatu hari Manolin, pembantuku, bertanya, “Apakah saya tidak mau membuat sebuah kuda kayu saja. Lalu saya merencanakan untuk membuat sebuah kuda kayu yang mempunyai kuping dan ekor yang berdiri seolah-olah kuda itu sedang berlari. Dengan demikian setiap anak yang duduk di atas kuda itu akan merasa kuda itu sedang lari cepat. Tapi ketika istri saya melihat saya tidak membuat lemari, ia memarahi saya. Semenjak itu saya mengerjakannya dengan sembunyi-sembunyi.”
“Tapi kuda saya telah dicuri, Pak Hakim!” kata Pasqual.
“Tenang! Tenang! Tenang!”
“Sungguh saya tidak mengambilnya Pak Hakim. Saya mengatakan yang sebenarnya Pak Hakim.” Hakim itu tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Akhirnya ia berdiam sejenak. Ia membunyikan bel itu agar para hadirin tenang.
Hakim itu lalu berkata, “Aku adalah hakim dari desa Navalacorneya dan sekitarnya. Orang yang tidak bersalah senang padaku, sedangkan orang yang bersalah membenciku. Kita semua telah mendengar penjelasan dari Pasqual, Niceto dan Ramona. Sekarang kita harus menentukan siapa di antara mereka yang bersalah!”
“Tidak pak Hakim!” teriak seseorang.
“Tenang! Tenang!”
“Tidak pak Hakim! Saya adalah Manolin, pembantu Niceto. Saya mengaku, bahwa sayalah yang mencuri kuda itu.”
“Apa katamu?” tanya pak Hakim keheranan.
Manolin berkata, “Saya sudah bekerja pada Niceto sejak beberapa bulan yang lalu. Dari dia saya belajar membuat lemari. Sering saya mendengar Niceto mengeluh karena bosan membuat lemari setiap hari. Tapi istrinya memerlukan uang untuk membeli bahan-bahan untuk membuat bubur. Saya merasa kasihan kepadanya. Pada suatu hari saya bertemu dengan seorang anak kecil yang sedang bersedih hati. Anak itu berkata, ia ingin seekor kuda kayu. Di rumahnya yang ada hanya lemari kayu saja. Saya lalu mengusulkan kepada Niceto agar membuat kuda kayu. Niceto membuat kuda kayu yang bagus sekali. Pada suatu hari Niceto menangis karena kuda kayu itu hilang dari kamar kerjanya. Ketika saya menceritakan hal itu kepada anak keil itu, anak itu pun menangis. Dari Ramona saya mengetahui, bahwa kuda itu sudah dijualnya kepada Pasqual. Malamnya saya datang ke sana dan mengambil kuda itu,” Manolin bercerita dengan terus terang.
“Pak Hakim saya telah kecurian seekor kuda yang terbagus di dunia ini. hukumlah si pencuri dengan adil Pak Hakim!”
“Tenang! Tenang!”
Lalu kata hakim itu, “Saya adalah hakim dari desa Navalacorneya dan sekitarnya. Saya ingin agar Manolin memberitahukan di mana kuda itu sekarang, sehingga Manuel, pembantuku, akan segera mengambilnya.”
“Tidak! Saya tidak dapat mengatakannya di mana!”
“Katakan cepat! Atau kau kumasukkan ke dalam penjara!”
“Tidak! Saya tidak mau!”
“Kalau begitu baiklah! Bawalah dia segera ke penjara!”
Orang-orang melihat Manolin dipukul dan diseret ke penjara. Tiba-tiba datang seorang anak perempuan kecil. Anak itu berkata, “Jangan masukkan dia ke penjara! Kuda itu ada padaku.” Mendengar hal itu pak Hakim terkejut sekali.
Maka kini anak itulah yang duduk di tempat tertuduh. Anak itu menundukkan kepalanya sambil menangis.
Kuda_medium (2)
“Kau anak Hakim dari Navalacorneya. Kau memiliki kuda itu? Cepat katakan dimana kuda itu sekarang. Akan kusuruh pembantuku mengambilnya,” hakim memberi perintah kepada anaknya.
“Kuda itu ada di rumah, di gudang di atas loteng. Aku menyembunyikannya di bawah meja-meja tua,” gadis kecil itu mengatakannya dengan jujur.
Manuel, pembantu hakim segera mengambil kuda kayu itu. Ketika kuda kayu itu dibawa ke ruang sidang semua orang yang melihatnya tercengang. Memang kuda itu bagus sekali, seperti kuda hidup.
Hakim berdiri seolah-olah mau mengucapkan sesuatu yang penting. Tetapi ia berkata, “Kuda kayu ini sungguh bagus. Belum pernah saya melihat sebuah kuda kayu sebagus ini.”
Manuel berbisik kepada hakim, “Bapak Hakim semua orang sedang menunggu keputusan Bapak.”
Hakim lalu mengumumkan keputusannya, “Saya Hakim dari desa Navalacorneya dan sekitarnya. Orang-orang yang tidak bersalah senang pada saya, sedangkan yang bersalah takut pada saya. Menurut saya, Ramona harus dihukum. Ia harus mengembalikan Rp. 5.000,- pada Pasqual. Niceto harus membuat kuda kayu lagi. Dan Manolin harus belajar bagaimana membuat kuda kayu. Dan anak saya… saya sebagai bapaknya akan membayar kuda kayu itu dengan harga yang pan

EcI LAGI Merenung di rawa rawa

Eci di Rawa Pening

Tersiar berbagai cerita soal suara tangisan itu. Ada yang bilang itu hanya suara angin, ada yang bilang suara kodok. Bahkan, ada yang bilang itu suara tangis hantu anak yang hilang tenggelam di rawa.
Padahal setelah ditelusuri tidak ada anak yang pernah tenggelam di rawa. Tidak ada yang tahu kalau yang menangis itu adalah Eci, peri penguasa tanaman eceng gondok yang menutupi perairan Rawa Pening.
Eci amat sedih karena dia mendengar manusia tidak menyukainya. Ia dianggap gulma yang mengganggu karena menyerap air rawa dan kadar oksigennya, serta mengakibatkan pendangkalan rawa.
Eci sudah berusaha menghambat pertumbuhan tanamannya, tetapi tidak bisa, memang sudah sifat alaminya tumbuh cepat di air.

Malam itu, setelah lelah sepanjang hari berusaha berhenti tumbuh, Eci mendengar tukang perahu mengumpati dirinya.
Tukang perahu itu kesal karena daun dan tangkanya menghalangi perahunya melaju di rawa.
Wah, saking sedih dan sakit hatinya, Eci mulai memerintahkan daun dan tangkainya untuk tumbuh panjang, membebat perahu itu, dan menenggelamkannya ke dasar rawa.
“Tunggu! Jangan!” Eci tersentak. Sesuatu menahan daun dan tangkainya. Perahu itu berlalu pergi dengan aman. Perlahan suatu sosok ular besar muncul dari dasar air.
“Aku mengerti perasaanmu,” ujar ular besar itu sambil tersenyum ramah kepadanya.“Namaku Baru Klinting,” kata ular itu.
Ah, Eci pernah mendengar nama itu saat pertama benihnya jatuh di Rawa Pening.
Menurut legenda setempat, Baru Klinting itu dulu adalah anak laki-laki sakti yang dikutuk penyihir sampai tubuhnya dipenuhi luka berbau amis.
Karena lukanya itu, Baru Klinting dijauhi oleh penduduk desa. Baru Klinting sedih sekali. Bukan maunya dikutuk oleh penyihir sampai luka berbau seperti itu.
Baru Klinting kelaparan dan penduduk desa tetap menolaknya. Untung ada seorang Nyai baik hati yang bersedia memberinya makan.
Selesai makan, Baru Klinting pergi ke tengah desa dan menancapkan sebatang lidi di situ. Baru Klinting bilang siapa pun yang bisa mencabut lidi itu, akan mendapat hadiah.
Semua penduduk desa berlomba-lomba mencoba mencabutnya, tetapi tidak ada yang berhasil. Setelah semua gagal, Baru Klinting mengulurkan tangan dan mencabut lidi itu dengan mudah.
Bersamaan dengan dicabutnya lidi itu, air mengucur keluar menenggelamkan seluruh desa dan mengubah wujud Baru Klinting menjadi ular besar penunggu rawa. Ya, perairan itulah yang disebut Rawa Pening.
Seluruh penduduk desa tewas tenggelam kecuali Nyai baik hati yang memberi makan Baru Klinting. Nyai itulah yang menyebarkan kisah Baru Klinting.
Legenda yang Eci dengar bervariasi, tetapi intinya tetap sama. Namun, tak pernah dikiranya kalau Baru Klinting dan ular penunggu rawa itu memang ada.
“Aku dulu juga sangat bersedih sampai aku marah dan menenggelamkan mereka semua. Sayang, aku lalu diubah menjadi ular karena dianggap tidak bisa mengendalikan diri,” kata Baru Klinting dengan sedih.
Eci menepuk-nepuk kepala ular yang tampak muram itu, berusaha menghiburnya. “Terima kasih, Eci,” Baru Klinting tersenyum.
“Pesanku bersabar sajalah. Tidak ada makhluk yang diciptakan hanya untuk mengganggu makhluk hidup lainnya,” tambahnya lagi sambil perlahan menghilang kembali ke dasar rawa.
Sejak itu Eci menerima dengan tabah umpatan dan makian manusia yang menganggapnya hama. Sampai akhirnya, hari yang dinantikannya tiba!
“Pak, lihat! Batang eceng gondok yang kemarin bapak tebang, bisa kuanyam jadi keranjang seperti ini!” seru Hasan, anak laki-laki  yang tinggal di tepi Rawa Pening.
Keranjang anyamannya memang terlihat unik. Eci senang sekali saat penduduk desa lainnya ramai-ramai mengambili batangnya untuk dijadikan kerajinan lainnya. Kerajinan-kerajinan itu lalu dijual kepada turis-turis yang mengunjungi Rawa Pening.
Kegembiraan Eci pun semakin meluap saat salah satu turis itu memberitahu para penduduk desa bahwa ia, tanaman eceng gondok, yang dianggap hama itu ternyata bermanfaat menyerap zat logam berat!
Wah, berkat dia penduduk desa tidak akan keracunan zat logam yang banyak mencemari ikan di perairan sekitar.
Sekarang ganti penduduk desa memuji-muji dirinya. Eci tersenyum bangga. Kini tidak terdengar lagi suara bisik tangisannya di Rawa Pening.

SEKOLAHKU TERCINTA

Sekolahku Tercinta

Aku masih menangis sekeras-kerasnya. Apa yang ada disampingku kujadikan sasaran. Bantal, guling di dekatku sudah berapa kali kulempar-lemparkan ke lantai.
Kalau tak diambil Ibu, temboklah yang jadi sasaran tanganku. Rasa sakit di tanganku tak kurasakan. Karena aku sedang melampiaskan amarahku yang teramat sangat.
Sekolah_medium
“Sudahlah, En, tak usah kau menangis. Semuanya sudah berlalu. Kalau mau, tahun depan kau berusaha lagi. Dan Ibu yakin kau pasti diterima. Tapi kalau tak mau, mendaftarlah saja ke SMP swasta besok. Menurut Ibu, SMP Nusantara merupakan SMP swasta yang baik di kota kita ini.” Itulah kata-kata Ibu yang kudengar di antara tangisku yang kian lama kian menjadi-jadi.
Aku tak menggubris kata-kata Ibu. Aku sangat heran, mengapa aku tak diterima di SMPN II? Sejak semula aku bercita-cita untuk sekolah di SMPN II. Tapi kenyataan sangat mengecewakan.
Aku tak diterima. Padahal Santi anak bodoh dan sombong itu dapat diterima. Dan Toto anak yang terkenal nakalnya itu juga diterima. Tetapi di balik semua itu, mereka memang anak orang kaya.
Mungkinkah mereka membeli nilai dengan sebagian hartanya?
Hm, jadi hasil pikiranku digaet oleh orang-orang yang malas berpikir tapi bisa membeli nilai? Tiba-tiba aku menjadi sadar. Aku berlari ke dapur mencari Ibu.
“Bu, maafkan Eni yang tadi telah menyampakkan kata-kata Ibu,” kataku bergetar dan terhisak-hisak.
“Ibu memaafkanmu, Eni. Dan besok mendaftarlah ke SMP Nusantara itu. Ibu senang kau mau insyaf,” kata Ibuku.

Kupeluk erat-erat Ibuku yang begitu agung dan sabar. “Ya, Bu, sa… sa… saya insyaf,” kataku lirih tersendat-sendat.
“Berapa pun biayanya, Ibu dan Ayah masih sanggup membiayaimu. Asalkan kau betul-betul rajin belajar dan patuh pada orangtua maupun pada Bapak-Ibu Guru,” tutur Ibu.
Aku tersenyum. Ibu pun tersenyum, haru. “Istirahatlah sekarang,” perintah Ibu.
Sore harinya aku ke rumah Rini, temanku. Rini itu anak yang baik, ramah tamah. Pandai lagi!

“Selamat sore, Rin,” sapaku.
“Hai, kau Eni. Tumben mau main ke rumahku,” katanya sambil tersenyum.

“Jangan bercanda ah! Masakan baru satu minggu tidak kesini di katakan tumben,” sahutku bersungut.
“Jangan marah dong. Kalau marah lekas tua lho,” katanya lagi. “Yok, masuk. Jangan di luar, ah!”

Aku pun masuk.
“Tampaknya sepi saja. Ke mana adikmu, Rin?”
“Lagi main ke tetangga sebelah.”

“He, ngomong-ngomong bagaimana kamu, Rin? Diterima di SMP II tidak?”
“Alhamdulillah. Aku diterima,” jawab Rini. “Dan kau bagaimana, En?”

Aku menghela nafas panjang. “Aku tak diterima, Rin,” jawabku lesu.
“Kau tak diterima?” tanyanya heran dan bengong. “Lalu?”

“Maksudmu?” aku balik bertanya.
“Eh… em… anu… kau sekarang akan sekolah di mana?”

“Menurut Ibu, aku diminta mendaftarkan ke SMP Nusantara. Kau tahu kan, sekolah swasta itu cukup maju,” kataku.
“Ya… ya… aku juga mendengar bahwa SMP Nusantara cukup maju,” kata Rini sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

Ketika sudah lama ngobrol, akhirnya aku pamitan pulang. “Belum juga minum,” kata Rini. “Kok buru-buru amat sih?”
“Titip sungkem saja untuk Ayah Ibumu,” kataku sambil berdiri dan melangkah keluar rumah.
“Ya, nanti saya sampaikan.”

Rini mengantar aku sampai ke pagar halaman rumahnya. Rini adalah temanku yang baik. Selain ramah dan baik hati, dia juga pandai. Dan dia pun pernah menggondol juara I cerdas cermat se-kabupaten. Maka tanpa kesulitan dia diterima di SMPN II.
Sesampai di rumah, aku memberitahukan bahwa Rini diterima di SMP II. “Biarlah. Kau jangan merasa putus asa. Belajarlah yang rajin, kelak kau juga akan seperti dia,” kata Ibuku.
Aku tahu maksud Ibu. Aku pun mengangguk-angguk saja. Aku pun berlari-lari kecil masuk ke kamarku, membalik-balik buku-buku dan majalah-majalah.
Kuambil sebuah majalah, lalu kubaca dengan tenang di kamar. Halaman demi halaman kubaca, lama-lama aku merasa pusing. Sudah terlalu banyak halaman yang kubaca. Akhirnya kuletakkan majalah itu dan aku berbaring di tempat tidurku.
Kembali kukenang SMPN II itu. Ya… ya… aku terlalu ikut-ikutan teman-teman yang bercita-cita masuk ke SMPN II. Teman-teman mau masuk ke SMPN II hanya karena sekolah itu sangat bagus modal bangunannya.
Bahkan bertingkat dua dan diberi taman-taman bunga yang indah-indah. Maka sekolah itu sangat dibangga-banggakan setiap siswa-siswi sekolah itu. Dan… saling bersaing dalam soal materi. Misalnya mengenai, pakaian dan kendaraan yang serba mesin (tentu motor dong?)
Hehhh! Aku mendesah penuh penyesalan. Seandainya aku diterima! Lalu apa yang aku banggakan? Orangtuaku hanya seorang pegawai rendah. Dan apabila pakaiannya kurang bagus selalu diejek.
Karena anak-anaknya sombong-sombong. Mentang-mentang anak orang kaya. Dan selalu menghamburkan uang orangtuanya hanya untuk bersaing-saingan.
“Ah, aku tak menyesal dan tak bersedih hati. Yang penting aku harus belajar dan meneruskan cita-cita,” kata hatiku.
Ah, rupanya aku sudah berkali-kali menguap. Ngantuk sekali. Sebelum tidur aku memanjatkan doa pada Yang Maha Kuasa.
Semoga aku diberi ketabahan iman dan selalu dijauhkan dari perbuatan-perbuatan tercela. Seusai berdoa aku pun tidur pulas.

CERPEN AYO MEMBACA KIKI

Ayo membaca, Kiki!

Mama sering sekali mengajak Kiki jalan-jalan. Entah itu hanya ke rumah nenek atau pun ke tukang jahit tempat mama biasa menjahitkan baju.
Biasanya sehabis mengajak Kiki jalan-jalan Mama membelikan es krim sebagai hadiah karena telah menemani Mama.
Kiki masih berusia 4 tahun. Akan tetapi, kecerdasannya sudah terlihat.
reading_large
Kiki sudah pintar membaca dan mengenal angka sejak umur 3 tahun. Ia juga sudah bisa membedakan warna. Mama dan Papa sangat bangga sama Kiki.
Ia selalu bertanya ini dan itu.
“Ma, kenapa kodok sukanya loncat-loncat?”
“Ma, kenapa batu tenggelam pas aku cemplungin ke air? Kenapa bola plastikku enggak tenggelam?”
“Pa, kok mobil harus isi bensin?”
Mama dan Papa dengan sabar selalu menjawab pertanyaan Kiki.
Setiap malam, biasanya Mama dan Kiki membaca buku-buku ensiklopedi mini yang Papa belikan sehabis pulang kerja.
Mama menceritakan apa-apa saja yang ada di dalam buku tersebut. Kiki suka selalu mendengarnya. Mama bercerita hingga Kiki tertidur lelap.
Suatu hari, Mama mengajak Kiki bermain ke Paud di dekat rumahnya. Kiki terlihat yang paling cerdas di sana. Ketika semua teman-temannya masih bersusah payah mengeja, Kiki sudah pandai membaca.
Akan tetapi, karena Mam dan Papa selalu menjawab apa saja yang Kiki tanyakan, Kiki lama-lama jadi malas membaca.
Ia hanya terus bertanya kepada kedua orangtuanya jika ia tidak mengerti sesuatu.
Biasanya, Kiki masih mau membuka-buka ensiklopedia mininya dan mencari jawabannya di sana.
“Ki, kenapa sekarang jadi jarang membaca? Kamu bosan sama bukunya?” Mama bertanya pada Kiki yang lagi sibuk bermain mobil-mobilan.
“Kan, Mama selalu jawab pertanyaan Kiki. Buat apalagi membaca?” Kiki menjawab dengan polos.
Mama tersenyum. Dasar anak kecil, gumam Mama.
“Ki, kalau Mama atau Papa pergi, nanti Kiki nanya sama siapa kalo Kiki malas membaca?” Mama coba memberitahu Kiki pelan-pelan.
“Mama sama Papa mau kemana? Kok Kiki gak diajak?”
“Bukan gak diajak. Suatu saat kalo Mama sama Papa harus pergi ke suatu tempat dan Kiki gak bisa ikut terus Kiki tiba-tiba mau bertanya kan Kiki harus baca buku,” terang Mama.
“Buku itu dibaca bukan hanya ketika kita lagi kebingungan, sayang. Kita harus banyak membaca supaya pengetahuan kita meluas. Kita harus mengasah kemampuan otak kita dengan membaca. Mama dan Papa yang sudah besar aja gak berenti membaca, lho!” lanjut Mama lagi.
Kiki yang mendengarnya tampak berpikir. Matanya berkedip-kedip.
“Kiki anak yang pintar. Jarang anak sekecil Kiki sudah bisa membaca. Nah, kemampuan ini harus kita syukuri dengan melakukannya sering-sering, ya!” Mama menasehati Kiki lagi.
Kiki mengangguk. Tampaknya ia mulai mengerti. Ia tersenyum pada Mamanya.
“Nanti suatu saat Kiki akan menciptakan buku yang bisa ngomong sendiri! Biar semua orang bisa menngetahui apa yang ada di dalam isi buku tanpa membacanya! Horeeee!” Kiki melonjak-lonjak kegirangan.
Mama terkejut mendengarnya. Ia menahan tawa.
Ah! Dasar anak-anak, khayalannya emang suka kemana-mana. Hihihi.
“Ah, pokoknya terserah kamu mau bikin apa yang penting jangan males bacaaaa, ya anakku sayang!” seru Mama sambil meggelitik perut Kiki.
Kiki menggeliat kegelian. Tawanya meledak.
“Nanti Kiki buatkan buku yang bisa ngomong khusus Mama dan Papa,” Kiki berujar dalam hati.
Ia sangat sayang Mama dan Papanya. Ia mau memberi hadiah untuk Mama dan Papa nya yang tidak pernah lelah membacakan cerita untuknya dan mengajarkan arti penting dari membaca.

MISTERI COREAN TIO

Misteri Coretan Tio

Tio memandang gapura di tengah tanah lapang itu sambil menguap. Selain gapura yang masih berdiri kokoh, yang lainnya hanya fondasi reruntuhan batu hitam dan lapangan hijau.
“Huh! Apa sih menariknya melihat-lihat reruntuhan batu seperti ini?” Pikir Tio di dalam hati sambil mengedarkan pandangan ke seluruh situs bersejarah Ratu Boko.
Batu-batunya yang berwarna hitam itu malah menimbulkan ide. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan. Teman-temannya masih sibuk mencatat-catat.
Pak Guru memang menginginkan mereka membuat karya tulis soal situs reruntuhan batu yang membosankan ini.
Tio membuka kotak pensilnya dan mengeluarkan sebotol tip-ex. Berbekal tip-ex, Tio berjalan mengelilingi situs mencari tempat yang paling cocok buat meninggalkan jejaknya.
Ya, Tio memang suka sekali menggambar. Hanya itu satu-satunya pelajaran yang diminatinya. Sayangnya, ia suka menggambar di mana-mana.
Baginya gambar-gambar dan grafiti hasil karyanya bagus sekali dan sebetulnya memang bagus, hanya tempatnya saja yang tidak tepat. Mejanya di sekolah sudah habis ia gambari dengan tip–ex. Omelan dan hukuman sudah tidak mempan baginya.

Tio terus berjalan menyusuri situs itu, lalu berjalan menurun menuju bagian keputren situs itu. Lalu, yap! Itu dia! Batu hitam itu seperti memanggil-manggil.
Sebetulnya sih semua batu di situ hitam, hanya saja yang ini pori-pori batunya lebih halus.
Sekali lagi, Tio menoleh ke kiri dan ke kanan. Semua masih sibuk mencatat-catat di atas. Maka mulailah tangan Rio beraksi.
Sret sret sret… grafiti nama Tio mulai bermunculan di batu hitam itu. Tak terasa satu batu sudah habis di-‘hiasi’-nya, Tio mulai beralih ke batu-batu lainnya.
Saat akhirnya teman-temannya mendekatinya, Tio sudah mencoret-coret sederet penuh batu di reruntuhan keputren situs Ratu Boko.
Tidak berapa lama kemudian, saat hari sudah sore, mereka pulang ke rumah masing-masing tanpa seorang pun mengetahui soal grafiti yang dibuat Tio di sana.
Suara tawa gadis kecil itu sangat mengganggu Tio. Suara tawa itu disusul dengan suara langkah dan suara gadis lain yang memanggil gadis itu, “Tiur! Tiur!” demikian gadis kecil itu dipanggil.
Tiur tetap berlari di antara dinding keraton, lalu ke luar melewati gapur batu hitam, menuju lapangan hijau luas. Tiba-tiba Tiur menoleh ke arah Tio. Lalu ia berjalan ke arah Tio, tangan kecilnya yang memegang kuas  teracung tinggi.
Tio merasa ketakutan. Ada sesuatu yang aneh pada wajah Tiur. Tampak pucat dan dingin.Tio mulai berlari dan berlari, tapi Tiur terus mengejar dan mendorongnya sampai terjatuh.
Tiur lalu menorehkan kuas itu ke pipi Tio. Rasanya sakit, tapi Tio tidak bisa bergerak. Begitu juga saat Tiur mencoret-coret kening dan lengannya. Sakiiit sekali! Tio mulai menjerit keras.
“Tio! Tio! Bangun!” Tio tersentak terbangun. Seisi kelas tertawa berderai menertawakan Tio yang ketiduran di kelas. Sampai mengigau menjerit pula. Tio mengusap pipinya dengan malu, alangkah terkejutnya dia. Pipinya tercoret cat putih!
“Cuci mukamu dulu, Tio. Bagaimana, sih, sudah kelas 5, masih saja ketiduran di kelas sampai muka belepotan tip-ex,” omel Bu Nasri, wali kelasnya.
Tio menurut dan pergi ke kamar mandi sekolah. Namun, coretan-coretan di pipi, kening, dan tangannya tidak mau hilang!
Anehnya, saat Tio memperhatikan coretan-coretan itu, coretannya seperti membentuk sesuatu yang amat dikenalnya. Tiba-tiba Tio merinding. Itu seperti grafiti yang ia coretkan di situs Ratu Boko.
Suara tawa Tiur di lapangan hijau di luar keraton itu seperti bergema di dalam kamar mandi.
Nah, pernahkah kamu bertemu dengan seorang anak laki-laki yang rajin sekali membersihkan grafiti atau coretan yang mengotori tempat-tempat umum? Ya, itulah Tio.
Coretan di wajah dan lengannya baru hilang setelah ia membersihkan grafiti namanya di situs Ratu Boko dan semua tempat lain yang pernah ia coret-coret.
Dan, astaga, banyak sekali meja, kursi, batu, dinding, patung, dan entah apa

BALASAN KEISENGAN CERPEN


Balasan Keisengan

Aldi, Raka, dan Neo bersahabat sejak duduk di bangku kelas 1 SD. Rumah mereka pun berdekatan.
Setiap hari mereka bermain bersama. Mengerjakan PR pun bersama.
Semenjak duduk di bangku kelas 3 SD, Aldi, Raka, dan Neo mulai terlihat isengnya.
Setiap hari ada saja tingkah iseng mereka.
Menarik bangku temannya yang akan duduk, melempar penghapus dan berpura-pura bukan mereka yang melempar, hingga menyandung kaki temannya yang sedang berjalan.
Ck. Ck. Ck.
Bu Riana sudah sering sekali menegur bahkan menghukum mereka, tetapi mereka tidak jera juga.
Paling hanya satu-dua hari mereka tidak iseng, selebihnya tingkah mereka kembali seperti biasa.
Teman-teman sekelasnya sebal melihat mereka. Ingin rasanya membalas perbuatan mereka, agar jera. Namun, Ibu Riana tidak membolehkan murid-muridnya membalas dendam.
sekolah_medium
“Biar Ibu yang menghukum. Nanti juga mereka kena batunya sendiri,” ujar Ibu Riana suatu hari.
Hari Sabtu dan Minggu, SD Tunas Bangsa mengadakan acara Persami (Perkemahan Sabtu Minggu).
Seluruh anak kelas 3-5 wajib mengikuti Persami.
Aldi, Raka, dan Neo juga ikut. Mereka malah yang paling semangat.
Rencana-rencana jahil sudah tersusun rapi di agenda khayalan mereka.
Pukul 5 sore mereka sudah tiba di SD Tunas Bangsa. Senyum mereka riang sekali. Membayangkan akan seperti apa nanti muka-muka teman-teman mereka jika rencana keisengan mereka berhasil.
Pukul setengah 6 sore semua anak sudah berkumpul di tengah lapangan.
Pak Andi memberikan pengarahan dan peraturan-peraturan dalam Persami kali itu.
Semuanya terlihat tertib dan berjalan lancar sampai sebuah kejadian yang menghebohkan terjadi pukul 10 malam.
Aldi, Raka, dan Neo membungkus tubuh mereka dengan kain berwarna putih dan menyenter muka mereka agar terlihat seram.
Mereka berjalan melompat-lompat kecil, menakut-nakuti teman-teman perempuan mereka.
“Hiii… Hiii.. Hiii.. Hiii…” ujar mereka berusaha menakut-nakuti.
“Jangan ganggu rumahku. Hiii… Hiii… Hii..,” Aldi berusaha menirukan suara hantu.
hantu_medium
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA! HANTUUUUUUUU! BU GURUUUUUUUU”
Semua anak perempuan kelas 3 berhamburan keluar dari ruang kelas. Mereka ketakutan.
“Huahahahahahaha,” mereka bertiga spontan tertawa melihat muka ketakutan teman-temannya.
“Begitu saja takut, ya! Payah! Hahahahaha,” seru Neo puas sekali.
Tiba-tiba…
JLEBB! Kreekkk..
Lampu kelas mati. Pintu tertutup dan sepertinya ada yang mengunci dari luar.
Aldi, Raka, dan Neo langsung terdiam. Mereka ada di dalam kelas itu. Ketiganya langsung pucat.
“Siapa itu?” Ucap Raka yang paling berani di antara Aldi dan Neo.
“Aaa.. Aa…. maap mbah, kamu tidak bermaksud menghina Anda. Kami  hanya ingin meniru Anda untuk menakut-nakuti teman-teman kami, Mbah,” ujar Aldi polos. Keringatnya sudah bercucuran.
Krieeeekkkkk…
Tiba-tiba pintu kelas terbuka dengan pelan.
BRAAK!
Tiba-tiba pintu tertutup kembali dengan sangat keras.
Seketika itu juga Aldi, Raka, dan Neo langsung terlonjak ketakutan.
Mereka menjerit-jerit. Menggedor-gedor pintu kelas. Mencoba meminta pertolongan.
“Bukaaa! Bukaaa!!! Toloooonggg! Ampuuuun! Bukaa! AAAAA!” ketiganya menjerit-jerit gak karuan.
“Amppuuuunn! Kami jeraaaa! Kami tidak akan iseng lagi, mbah! Ampuuuun!” seru Aldi spontan.
Tiba-tiba lampu nyala. Pintu kelas terbuka. Aldi, Raka, dan Noe terhuyung ke belakang.
Di hadapan mereka sudah ramai sekali. Semua murid, dan guru berdiri di sana. Menahan senyum.
Aldi, Raka, dan Noe bengong. Keringat sudah membasahi baju mereka. Mukanya pucat dan merah. Menahan malu.
“Makanya jangan iseng! Digangguin, deh, sama Mba Jambrong! Hahahaha,” Lily merasa puas sekali karena dia juga pernah menjadi korban keisengan Aldi, Raka, dan Noe.
“Sudah. Sudah. Nah, Aldi, Raka, Noe, kalian sudah tahu, kan, bahwa berbuat iseng itu memang menyenangkan, tetapi yang diisengin pasti akan merasa kesal. Besok-besok tidak ada lagi tindakan jahil di sekolah, ya! Bapak harap dengan kejadian ini kalian bisa jera,” Pak Andi menasehati ketiganya.
Aldi, Raka dan Noe mengangguk pasrah. Mereka lemas dan masih agak bingung.
Ternyata, memang tidak enak kalau diisengin dengan berlebihan. Ketiganya tampak sangat menyesal.

IWAN DAN MIMPINYA

Iwan dan Mimpinya

Iwan adalah anak yang sangat manja. Kerjanya tidak lain memerintah Bi Onah dan Pak Supir. Iwan paling suka merepotkan Ibu dan Bi Onah di saat makan tiba. Ada-ada saja ulahnya.
Sebenarnya ia suka pada hidangan yang tersedia, tetapi ia paling suka melihat Ibu dan Bi Onah sibuk melayaninya. Dan Iwan senang bila Ibu dan Bi Onah merasa takut Iwan menjadi sakit bila tidak makan, Iwan memang nakal!
Tentu saja apa yang dimintanya hampir selalu dipenuhi sebab Iwan anak tunggal. Dan Iwan tahu hal ini.
Merpati_large
Pada suatu malam, Iwan bermimpi menjadi seekor burung merpati. Bukan main senangnya hati Iwan karena dapat terbang ke mana saja menurut kehendaknya.
Langit masih gelap. Belum ada orang yang bangun di sekitar itu. Semua rumah juga masih gelap. Tetapi di kejauhan Iwan melihat sebuah rumah kecil. Lampu minyak di rumah itu berkelap-kelip.
Iwan ingin sekali mengetahui siapa penghuni rumah yang serajin itu. Ia bertengger di sebuah dahan di muka jendela rumah itu. Benar, seisi rumah telah bangun dan sibuk mengerjakan sesuatu.
Siapakah mereka? Iwan seperti mengenal anak laki-laki itu. Iwan heran melihat anak laki-laki itu dan adik perempuannya telah bangun sepagi ini.
Padahal Iwan dibangunkan Ibu setiap pagi pukul setengah tujuh. Seringkali ia bersungut-sungut karena masih mengantuk. Dan yang menjadi sasaran kekesalannya adalah Bi Onah dan Pak Supir.
Ia baru ingat, anak laki-laki itu bernama Joko, teman sekelasnya. Iwan paling suka mengolok-olok Joko karena setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Joko harus mengantarkan koran ke rumah-rumah langganan.
Yati, adik Joko pun menjajakan kue sebelum berangkat sekolah. Pagi itu seperti biasanya, mereka sekeluarga sedang menyiapkan segala keperluan. Ibu dan Yati membuat kue, Joko membersihkan pekarangan rumah sedang Ayah mempersiapkan bemonya.
Matahari mulai terbit. Langit tampak kemerah-merahan. Orang-orang mulai bangun dan bersiap-siap untuk berangkat kerja. Yati sudah siap untuk menjajakan kuenya. Ayah telah berangkat dengan bemonya. Joko pergi ke agen untuk mengambil koran sedang Ibu memandikan adik.
Iwan masih saja bertengger di dahan pohon. Senang sekali, ia melihat orang dan kendaraan lalu lalang di bawahnya. Tiba-tiba terdengar suara Yati. Rupanya tugas Yati pagi ini telah selesai. Kuenya telah habis terjual.
Cepat-cepat ia mengenakan pakaian seragamnya dan berangkat ke sekolah. Tak lama kemudian Joko pun datang. Koran-koran telah diantarkan ke para langganan. Ia pun bergegas ke sekolah.
“Mereka tidak membawa bekal. Mereka hanya sarapan secukupnya. Dan anehnya Joko dan Yati tidak merengek minta uang jajan!”
Perut Iwan terasa lapar, tentu saja karena ia belum sarapan. Di mana ia harus mendapatkan makanan? Ia terbang ke rumahnya. Untung tidak ada orang di dapur. Dimakannya nasi tanpa lauk dan minum air putih. Terasa nikmat sekali.
Setelah cukup makan dan minum, Iwan terbang kembali ke pohon dekat rumah Joko. Hari sudah siang benar. Anak-anak sekolah dengan gembira berlarian pulang.
“Nah, itu dia Joko dan Yati!” Tampak pada wajah mereka, bahwa mereka menahan lapar dan haus. Mereka berlari pulang.
Di rumah, Ibu telah sibuk menyiapkan makanan. Tapi mereka menunggu Ayah pulang agar dapat makan bersama.
Sebentar kemudian terdengar suara bemo. Itu pasti Pak Udin, ayah Joko dan Yati. Sekejap saja Joko dan Yati telah berada di dapur, siap dengan piring. Mereka sudah tidak sabar lagi menanti Ayah masuk.
Di atas meja ada sebakul nasi merah, tempe lima potong dan sayur asam. Mereka makan dengan lahap dan masing-masing menceritakan pengalamannya hari itu. Tampaknya mereka senang sekali.
Makanan yang sedikit itu dengan sekejap habis tandas. Iwan tahu mereka masih merasa lapar, tetapi mereka berusaha melupakannya.
Setelah makan, Yati membantu Ibu mencuci piring dan mengasuh adik. Joko ikut Ayah. Biasanya pulang sekolah ia menjadi kenek ayahnya. Semua kembali sibuk.

Iwan teringat, pasti meja makan di rumahnya penuh dengan aneka ragam makanan. Iwan bosan, oleh sebab itu ia selalu mencari makanan yang lain. Dan hari ini ia ingin sekali makan nasi dengan tempe dan sayur asam bersama Pak Udin.
Hari sudah gelap. Rumah Joko telah diterangi lampu minyak. Sinarnya kelap-kelip. Suara bemo terdengar lagi. Pak Udin dan Joko telah kembali. Bukan main lelahnya mereka. Ibu menyambut dengan senyum.
Setelah Ayah dan Joko mandi, mereka bersama-sama menikmati makan malam. Seperti siang tadi, mereka makan tempe goreng, nasi dan sayur asam. Hanya malam ini Ibu membuat kue talam. Seorang mendapat sebuah.
Setelah agak larut, Ibu menidurkan adik. Ayah beristirahat sambil membaca koran, Yati dan Joko belajar. Iwan tersenyum lalu terbang kembali ke rumah orangtuanya.
Badannya terasa sangat lelah. Ia tidak sanggup terbang sampai ke rumahnya. Maka ia hinggap saja di atas atap sebuah becak. Tapi tiba-tiba becak itu berguncang-guncang. Sayup-sayup ia mendengar namanya dipanggil.
“Iwan, Iwan! Ayooo, bangun hari sudah siang, nanti kau terlambat ke sekolah!” Iwan melihat ibunya sudah berada di sampingnya.
Sambil tersenyum, ia ke kamar mandi. Bi Onah dan Ibu terheran-heran melihat kelakuan Iwan. Byuur… byuuur… terdengar Iwan mandi. Lalu ia makan sarapannya dengan lahap. Semua dikerjakannya sendiri.
Tanpa meminta uang jajan, Iwan pergi ke sekolah diantar oleh Ayah. Iwan ingin cepat-cepat tiba di sekolah. Karena mimpinya, Iwan sadar akan tingkah lakunya selama ini.
Dalam hati ia berjanji akan menjadi anak-anak teladan seperti Joko dan Yati.

MISTERI KERTAS CONTEKAN

Misteri Kertas Contekan di Situ Bagendit

Hore! Liburan datang! Dido yang nilai rapornya bagus diberi hadiah berlibur ke Garut. Dido senang sekali. Ia pergi bersama papa dan kakaknya, Mas Bagas.
Sore itu mereka pergi piknik ke Situ Bagendit. Situ atau danau itu cantik sekali.
Menurut cerita setempat, Situ Bagendit itu muncul karena seorang lintah darat kaya bernama Nyai Endit mengusir seorang pengemis tua.
Dari tongkat yang ditancapkan pengemis tua itu keluarlah air bah yang menelan Nyai Endit dan anak buahnya dan menjadi suatu danau. 
Misteri Kertas Contekan
Kononnya lagi, Nyai Endit berubah menjadi lintah yang hidup di dasar situ! Hiiii… Dido, kan, paling takut sama lintah. Dido mendengarkan cerita itu sambil terus makan.
Selesai makan, mereka berfoto-foto, meninggalkan tas piknik mereka begitu saja di tepi danau. Saat kembali lagi, hiiiii… tempat mereka piknik kotor sekali!
Terutama di bagian Dido tadi duduk. Ada kertas-kertas berserakan dan yang paling parahnya, ada lintahnya! Dido sampai menjerit-jerit ketakutan.
Dengan beraninya, Mas Bagas menyingkirkan lintah-lintah itu. Sementara itu, Dido mengambil kertas-kertas yang berserakan. Rasanya dia kenal kertas itu.
Deg! Hati Dido seperti berhenti berdetak. Itu kertas-kertas contekan ulangannya!
Ya, Dido memang tidak jujur. Untuk ujian cawu kemarin, Dido memaksa teman-temannya memberinya kertas contekan. Kertas-kertas contekan itu jelas sudah dibuangnya. Namun, kenapa sekarang ada di sini?
“Kertas apa itu, Do?” tanya Mas Bagas. “Eeeeng… enggak, bu… bukan kertas apa-apa, kok,” ucap Dido sambil buru-buru memasukkan kertas-kertas itu ke dalam tasnya.
Sesampai di villa, Dido memeriksa lagi kertas-kertas itu. Dido mengamati satu kertas berwarna pink. Kertas warna pink itu hanya dimiliki Ami. Ami memberinya contekan ujian matematika.
Kertas berikutnya adalah kertas contekan ujian bahasa inggris. Ini benar tulisan Sandi. Tulisannya khas, huruf g-nya selalu melengkung ke atas. Kertas contekan ujian IPA ini juga jelas berasal dari Teto.
Teto yang gila robot-robotan selalu menggambar robot di sudut kertas. “Didooo, mandi!” Panggilan Mas Bagas itu nyaris membuatnya Dido terlompat.
Segera ia jejalkan kertas-kertas itu ke dalam tasnya. Di kamar mandi, kejutan lain menanti Dido. Ada lintah menempel di dinding!
Dido berteriak hendak memanggil Mama, tetapi tidak bisa. Srut… srut… seekor lintah lain muncul dari saluran air. Aaaahh! Dido ketakutan dan jijik sekali. Sret… srett… astaga! Ada lintah yang juga menempel di dalam dinding bak.
Tiba-tiba Dido merasa ada yang menyentuh tengkuknya.  “Aaah!” Sontak Dido menjerti panik, ia langsung berpaling menghadap ke pintu.
Hwaaaa… Di pintu pun ada seekor lintah! Lintah yang di pintu itu besar sekali! Besarnya nyaris selebar daun pintu. Nyaris pingsan Dido melihatnya.
Srrrk… dari atas lubang pintu muncul sehelai kertas. Astaga kertas contekan itu lagi! Rupanya kertas itu yang tadi mengenai tengkuk Dido. Belum hilang kekagetan Dido, pet! Lampu kamar mandi mati.
“Mas Bagaaas! Papa! Tolooong! Toloooong!” Jerit Dido ketakutan.  Pintu kamar mandi terbuka. Papa dan Mas Bagas ada di baliknya. Dido berlari keluar dan langsung memeluk mereka berdua.
“Huhuhuu… Dido mengaku! Dido kemarin mencontek waktu ujiaan!” Seru Dido berulang-ulang. Papa jelas kebingungan, sementara Mas Bagas malah tersenyum maklum.
Ya, Ami, Sandi, dan Teto memang mengadukan soal kecurangan Dido kepadanya. Makanya, ia lalu mengatur agar mereka pergi ke Situ Bagendit dan mendengar cerita soal Nyai Bagendit.
Tindakan Dido tak ubahnya tindakan Nyai Bagendit. Bedanya ia lintah contekan. Kalau Nyai Bagendit memaksa diberi hasil panen, Dido memaksa diberi contekan.
Mas Bagas juga yang mencari-cari kertas contekan Dido dan membawanya ke Garut dan menaruhnya menyebar di tempat piknik mereka tadi. Mendengar pengakuan Dido dan penjelasan Mas Bagas, Papa marah sekali.
Sebagai hukumannya, liburan Dido akan diisi oleh pelajaran tambahan. Dido berjanji untuk tidak mengulangi tindakannya lagi.
Ssstt… Mas Bagas juga tidak luput dimarahi oleh Papa. Soalnya, kan, bahaya bermain-main dengan lintah. Kalau Dido terhisap lintah betulan, bagaimana?
Mas Bagas membela diri. Ia hanya memasang lintah mainan di ransel Dido tadi sore. Makanya ia dengan beraninya mengusir lintah-lintah itu.
Wajah Dido langsung memucat. Lalu, bagaimana dengan lintah raksasa di kamar mandi itu? Sayup-sayup terdengar riak ombak di Situ Bagendit.

CERPEN MISTERI PINTU TERUKIR

MISTERI PINTU TERUKIR

Anna membuka pintu kamarnya dan lagi-lagi dia melihat pintu berukir itu terbuka.
Anna merinding. Dia yakin sekali, dia tadi sudah menyuruh bibik pengasuhnya menutup rapat pintu itu.
Perasaan Anna tidak enak. Saat Papa memasang pintu ukir dari Jepara itu, Anna sudah tidak setuju. Anna tidak suka benda-benda berukir yang tampak kuno.

Anna takut kalau pintu itu ada penunggunya. Dan, nyatanya sekarang, pintu itu suka membuka sendiri.
Lalu ditambah lagi sekarang sering ada suara-suara aneh di rumah. Hiiii…
“Kresek… kresek… “ Suara itu terdengar lagi. Arahnya seperti dari ruangan di balik pintu ukir Jepara itu.
Ruangan itu ruangan yang biasa dipakai tamu-tamu Papa.
Padahal sekarang Anna tahu pasti sedang tidak ada tamu yang menginap.
“Tap… tap… tap!” Suara dari dalam kamar tamu itu semakin keras. Anna berusaha memberanikan diri dan mengayunkan kaki lemasnya ke kamar tamu itu.
Tapi baru jalan beberapa langkah, suara yang lain terdengar, “Eaaaaa…” Hwaaaahhh! Sekarang suaranya seperti suara bayi menangis!
Anna tidak tahan lagi. Ia langsung lari masuk ke kamarnya. Di dalam kamar, Anna menyusup ke dalam selimut.
Beribu pikiran buruk terbayang. Bagaimana kalau dulu pintu berukir itu pintu kamar tidur seorang Putri Jepara?
Lalu pada zaman penjajahan Belanda, Putri Jepara itu hamil dan dibunuh tentara Belanda? Lalu arwah Putri dan bayinya merasuk ke dalam pintu berukirnya dan menghantui siapa pun yang keturunan Belanda? Huwaaaah! Mama Anna, kan, orang Belanda.
Anna memejamkan mata rapat-rapat berusaha memikirkan hal lain, tapi bayangan Putri Jepara berkonde dan berkebaya putih itu tidak bisa lepas dari benaknya.
Wajahnya yang pucat, bibirnya yang kebiruan, bayi pucat yang menangis di dalam pelukannya. Hwaaaahhh! Anna semakin takut.
“Tap… tap… tap…” terdengar suara langkah kaki di depan kamarnya. Anna semakin dalam masuk ke selimutnya.
Duh, bagaimana kalau tiba-tiba dari dalam selimut ada tangan dingin yang meraih betisnya. Hwaaaaahh! Anna meringkuk semakin erat.
Tiba-tiba plek! Sesosok tangan mengguncang bahunya. “Hwaaaaaaaaahh!! Ampuuuun!” Jerit Anna sekencang-kencangnya.
“Anna! Kenapa? Ini Mama.” panggil pemilik tangan itu. Anna membuka mata. “Mama!” Anna memeluk ibunya.
“Kenapa, Na? Kamu, kok, kayak baru ketemu setan gitu?” tanya Mama.
“Huhuhuhu… Anna takut, Ma, sama pintu ukir Jepara baru itu,” jawab Anna. Mulailah Anna bercerita tentang suara-suara yang didengarnya dan betapa pintu itu selalu membuka sendiri.

Anna juga bercerita tentang imajinasinya soal Putri Jepara yang dibunuh Belanda dan menghantui keturunan Jepara.
Mama mau tidak mau tersenyum juga. Anna memang penakut, kebanyakan nonton film horor sih. Imajinasinya jadi suka macam-macam.
“Tenang dulu, Na. Itu cuma imajinasi kamu saja. Adikmu bisa menjelaskannya,” ujar Mama, lalu menoleh ke arah pintu. ”Liana, ayo sini. Jelaskan ke Kak Anna.”
Liana yang masih duduk di kelas dua SD masuk. Matanya yang kebiruan membelalak lebar.
Dia tampak memegang sesuatu di balik syal yang ia lilitkan di depan badannya.
Tiba-tiba… “Eaaaaa…” Huaduh! Suara tangisan bayi itu lagi. Anna mencengkram tangan mamanya.
“Kak Anna, ini Si Manis,” ucap Liana sambil menyingkapkan syalnya, menunjukkan anak kucing yang masih keciiiil sekali.
“Eaaaaa…” anak kucing itu mengeong. Astaga! Ternyata suara tangisan bayi itu adalah suara eongan si kucing kecil itu! Liana menemukannya tergeletak di sudut halaman rumah.
Sejak itu, Liana merawatnya diam-diam di dalam kamar tamu. Pintu Jepara itu sering terbuka sendiri karena Liana suka keluar masuk ke kamar tamu itu untuk memberi makan Si Manis.
“Lianaaa! Kamu bikin kakak jantungan saja! Kenapa tidak bilang dari kemarin, sih?” tanya Anna gemas bercampur malu.
“Soalnya kakak, kan, enggak suka kucing,” jawab Liana polos. “Huffh… daripada hantu Putri Jepara, aku lebih suka kucing, Li,” sungut Anna. Mama dan Liana tertawa.
***
“Krek!” di luar kamar Anna  pintu ukir Jepara itu terbuka pelan. Sesosok putih tembus pandang memandang ke sekeliling rumah.
Rumah besar yang cantik, dua kakak beradik yang harmonis, orang tua yang baik hati dan penyayang.
“Rasanya aku akan betah di sini,” bisik sosok putih itu sambil merasuk kembali ke dalam pintu ukir kuno itu.

Sabtu, 05 Oktober 2013

CERITA LUCU GAJAH MATI

Kumpulan Cerita Lucu Pendek dan Singkat Bikin Ngakak

Kumpulan Cerita Lucu Pendek dan Singkat Bikin Ngakak, Informasi kali ini tentang cerita lucu pendek yang bikin kita ngakak terbahak bahak setelah membaca ceritanya.dan sebelumnya sudah kami informasikan cerita lucu yang bisa anda baca juga yakni Cerita Lucu abu nawas.

Dengan cerita lucu kita bisa jauh dari rasa galau dan menghilangkan rasa jenuh dan bisa tertawa. tidak bisa dipungkiri ternyata ketawa itu sehat tapi jangan terlalu ketawanya,dan ingat jangan ketawa di tempat sepi sendirian nanti di bilang orgil (orang gila ). disini saya sediakan cerita lucu atupun pantun lucu .yang mungkin kalian butuhkan untuk menghibur diri anda setidaknya bisa bikin anda terhibur dengan ceritanya.


Kumpulan Cerita Lucu Pendek Bikin Ngakak

Cerita Lucu : Gajah Mati
Seorang Pemimpin sebuah Kebun Binatang mendapat laporan dari staffnya bahwa seekor gajah telah mati di kandangnya. Untuk mengecek kebenaran laporan tersebut sang Pemimpin Bonbin tiba di tempat kejadian dan menemukan seseorang yang sedang menangis di dekat bangkai binatang itu.

"Sebagai pawang gajah ini tentu anda sangat bersedih atas hal ini dan saya juga demikian, " sang Pemimpin mencoba menghibur.

"Saya bukan pawang gajah ini, Pak" sahut orang itu. "Tapi sayalah yang ditugaskan untuk menggali kuburannya.. Gajahnya kan gede banget pak... jadi saya galinya harus dalem banget... T_T"

martines tak terkesan mengalami kekalahan

Martinez tak terkesan dengan beberapa keputusan wasit sehingga timnya mengalami kekalahan perdana di musim ini.

GOALOLEH   SANDY MARIATNA     Ikuti di twitter

Manajer Everton Roberto Martinez menyayangkan keputusan wasit Jonathan Moss yang memberikan penalti kepada Manchester City, Sabtu (5/10) dalam lanjutan Liga Primer Inggris. City menang 3-1, namun Martinez menyebut keputusan Moss sebagai sebuah ‘bencana dalam sepakbola’.

Sempat unggul terlebih dahulu lewat Romelu Lukaku, The Toffees akhirnya mengalami kekalahan pertama di EPL musim ini lewat gelontoran gol-gol Alvaro Negredo, Sergio Aguero, dan bunuh diri Tim Howard hasil dari penalti Aguero yang dipermasalahkan oleh Martinez.

“Saya pikir, itu adalah bencana dalam sepakbola. Seharusnya tidak perlu terjadi penalti. Wasit tidak memberikan kami kesempatan untuk bertarung ketat melawan Manchester City. Dia malah membunuh pertandingan yang melibatkan dua tim bagus ini,” ujar Martinez.

Martinez juga menyoroti wasit yang seharusnya memberikan penalti bagi timnya ketika Matija Nastasic menjatuhkan Lukaku di babak pertama.

“Hasil laga ini tercipta karena keputusan-keputusan wasit. Kami sedikit tak beruntung. Kami mengawali laga dengan baik dan harusnya kami mendapatkan penalti juga. Kami seharusnya tampil lebih baik, lebih cerdik, dan kami sangat kecewa karena kebobolan tiga gol,” sambungnya.

ntuk sementara ini, AC Milan belum merencanakan aktivitas transfer di musim dingin.

ntuk sementara ini, AC Milan belum merencanakan aktivitas transfer di musim dingin.

GOALOLEH    TAUFIK BAGUS

Rumor mengenai bakal hengkangnya Iker Casillas dari Real Madrid membuat banyak spekulasi beredar. Salah satu di antaranya mengaitkan AC Milan.

Klub Serie A Italia itu kabarnya tertarik memboyong penjaga gawang andalan Spanyol itu di bursa transfer musim dingin.

Ditanya seputar spekulasi tersebut, wakil presiden AC Milan Adriano Galliani menanggapinya dengan tertawa.

"Jangan bercanda ah," katanya, Selasa (1/10).

"Saya tak akan membahas masalah ini karena saya memilih untuk tidak membicarakan transfer sampai 3 Januari, saat jendela transfer kembali dibuka," tandasnya.

Bojan akan absen cukup lama lantaran dihantam cedera hamstring.

Bojan akan absen cukup lama lantaran dihantam cedera hamstring.

GOALOLEH    ADHE MAKAYASA     Ikuti di twitter

Ajax Amsterdam harus menelan pil pahit setelah striker andalannya Bojan Krkic dipastikan absen selama enam pekan karena menderita cedera hamstring.

Pemuda 23 tahun itu, yang dipinjam Ajax dari Barcelona, mendapati cedera tersebut ketika timnya menggasak Go Ahead Eagles 6-0 di akhir pekan kemarin.


Adapun kini, Bojan diharuskan beristirahat, dan minimal akan absen hingga pertengahan November.

“Bojan mengalami cedera di hamstring kirinya. Hal ini diketahui dari hasil scan MRI pada Selasa pagi. Sang striker diduga akan absen untuk empat hingga enam pekan,” demikian Ajax dalam pernyataan resminya.

Ajax sendiri tengah bersiap untuk turun di ajang Liga Champions dengan meladeni AC Milan di matchday kedua, Rabu (2/10) dini hari WIB.

hewan prasejarah part 5

hewan-hewan prasejarah yang fantastis part 4

hewan-hewan prasejarah yang fantastis part 4

4. Ambulocetus

Inilah salah satu makhluk purba yang banyak diklaim para penganut Neo-Darwinisme sebagai bukti kuat periode transisi spesies makhluk laut ke darat. Ambulocetus, hewan purba dengan perawakan mirip campuran nenek moyang paus dan berang-berang hidup di wilayah yang kini disebut sebagai Pakistan modern sekitar 50 juta tahun lalu.
Panjang tubuh seekor Ambulotecetus dewasa diperkirakan sekitar 12 kaki. Bentuk kepalanya besar dengan rahang yang panjang. Gigi-gigi tajamnya didesain untuk menangkap dan mencengkram mangsanya. Didalam air, ia dapat bergerak dengan gesit berkat bantuan ekornya yang digunakan sebagai "motor" bagi tubuhnya.

hewan-hewan prasejarah yang fantastis part 3

hewan-hewan prasejarah yang fantastis part 3

hewan-hewan prasejarah yang fantastis part 3

3. Moropus

Ketika para ilmuwan menemukan fosil Moropus untuk pertama kalinya, mereka seakan sulit mempercayai bentuk morfologi dari makhluk yang satu ini. Hewan purba dengan bentuk kepala menyerupai kepala kuda ini benar-benar memiliki bentuk tubuh yang aneh.
Para Ilmuwan mendeskripsikannya sebagai "campuran" dari tiga binatang, yaitu Kuda, Jerapah kerdil, dan Beruang. Kepalanya yang mirip kuda serta badannya yang menyerupai badan seekor beruang dihubungkan oleh leher yang lumayan panjang bak leher jerapah kerdil.
Dengan kuku-kukunya yang panjang nan tajam, serta kemampuan berlari dengan baik tentunya ia memiliki pertahanan diri yang baik untuk menghindari ancam

hewan-hewan prasejarah yang fantastis part 2.

hewan-hewan prasejarah yang fantastis part 2

hewan-hewan prasejarah yang fantastis part 2

2. Diprotodon

Sebelum manusia pertama menginjakkan kaki di Benua Australia sekitar 40.000 tahun lalu, beraneka ragam hewan berkantung berukuran besar pernah hidup di sana. Salah satu yang terbesar ialah Diprotodon.

Hewan berkantung yang satu ini diperkirakan ukurannya sebesar seekor Kuda Nil dewasa. Dilihat dari bentuk morfologinya, ia terlihat mirip seperti seekor Wombat, yaitu spesies hewan berkantung Australia, namun berukuran raksasa.
Sama seperti kebanyakan hewan-hewan berkantung lainnya, Diprotodon juga mengkonsumsi dedaunan sebagai makanan utamanya. Meskipun mereka bukanlah hewan yang memiliki pergerakan gesit seperti Kanguru, namun ukuran badannya yang besar dan kuat membuat para predator sangat sulit untuk menaklukannya.

aga di Emirates menandai momen kembalinya Reina ke Inggris setelah meninggalkan Liverpool musim panas lalu."

aga di Emirates menandai momen kembalinya Reina ke Inggris setelah meninggalkan Liverpool musim panas lalu.

aga di Emirates menandai momen kembalinya Reina ke Inggris setelah meninggalkan Liverpool musim panas lalu.

GOALOLEH   DEDE SUGITA

Meninggalkan Liverpool untuk merapat ke Napoli dengan status pinjaman, kiper Pepe Reina bakal kembali ke Inggris saat klub barunya menantang Arsenal di Emirates dalam lanjutan fase grup Liga Champions, Rabu (2/10) dinihari WIB.

Momen tersebut dianggap spesial oleh Reina, yang kabarnya juga diminati The Gunners musim panas lalu setelah ia tertepikan di Anfield menyusul kedatangan Simon Mignolet dari Sundeland.

"Ketertarikan Arsenal pada servis saya? Sekarang saya hanya memikirkan Napoli. Tapi kembali ke Inggris dengan Napoli menghadapi Arsenal di London adalah hal spesial," kata kiper plontos asal Spanyol itu kepada The Sun.

"Arsenal berada di puncak klasemen Liga Primer, sementara kami peringkat kedua di Serie A, dan ini tampaknya berkembang menjadi musim yang besar untuk kami."

"Tak ada favorit dalam laga ini. Kami sangat percaya diri, tapi ini adalah grup berat dan satu poin tandang akan bermakna sangat positif buat kami."

hewan hewan bersejarah part 1

hewan-hewan prasejarah yang fantastis part 1

hewan-hewan prasejarah yang fantastis part 1

1. Deinocheirus

Satu-satunya fosil yang ditemukan dari Dinosaurus ini hanyalah sepasang lengan dan beberapa bagian tulang belakang. Kemungkinan Deinocheirus merupakan kerabat dari Ornithomimosaur, setidaknya itulah anggapan para ahli paleontologi.
Ia merupakan genus dari Dinosaurus Theropoda besar yang hidup pada periode Cretaceous akhir dan populasinya tersebar di selatan Mongolia. Lengannya mungkin terlalu panjang untuk tubuhnya dan cakar tangannya itu semakin mengindikasikan bahwa dirinya merupakan salah satu Dinosaurus yang mematikan.
Namun sebenarnya, kegunaan "senjata" tersebut masih banyak diperdebatkan. Beberapa peneliti mengatakan cakar itu digunakan sebagai alat utama untuk berburu.

Beberapa lainnya mengatakan cakar terlalu tumpul, sehingga hanya digunakan sebagai senjata defensif. Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa Deinocheirus menggunakan lengannya yang besar untuk memanjat pohon, meskipun hipotesis ini secara luas diabaikan.

Procesor tidak terdeteksi dengan baik

procesor baru tidak terdeteksi dengan baik

procesor baru tidak terdeteksi dengan baik

Setelah pemasangan processor, BIOS menampilkan angka kecepatan processor yang tidak semestinya. 
 
Mengapa bisa terjadi hal demikian?

Pemasangan hardware yang kurang baik atau kurang lengkap dapat mempengaruhi kecepatan processor yang terdeteksi dalam BIOS. Untuk mengatasinya, lakukan instalasinya ulang komponen-komponen yang ada dalam CPU. Pastikan semua komponcesoen terpasang dengan baik. Kemudian, coba lakukan pengaturan jumper pada motherboard. Masalah jumper ini dapat dilihat pada buku manual processor masing-masing.

Boscha dilengkapi teropong matahari

boscha dilengkapi teropong matahari

boscha dilengkapi teropong matahari

BANDUNG, KAMIS - Observatorium Boscha akan mengoperasikan "Real Time Solar Telescope" atau teropong pemantau matahari pada awal 2009 mendatang. "Pengerjaan perangkat telescop itu sudah dilakukan kita buat sendiri di Institut Teknologi Bandung (ITB)," kata Kepala Observatorium Boscha ITB Lembang Dr. Taufik Hidayat di Bandung, Kamis (27/11).
Taufik menyebutkan, perangkat dan infrastruktur teleskop matahari itu ditargetkan selesai dirakit akhir Desember nanti. Sehingga, kata Taufik, awal Januari 2009 sudah bisa dioperasikan dan dipadukan dengan sistem online di Boscha.
Menurut Taufik, teleskop matahari itu akan menggunakan lensa Corona dari AS dengan tiga filter untuk pengamatan pinggir matahari, spektrum, dan cronospher dari sinar matahari.
"Semua data pantauan akan terekam secara digital dalam laporan lengkap yang terhubung ke dalam jaringan di sini. Hasilnya bisa dimanfaatkan oleh peneliti dan dikenali oleh masyarakat awam," katanya.
Pembangunan teropong matahari pertama di Boscha membutuhkan biaya sekitar Rp400 juta, yang sebagian di antaranya berasal dari bantuan Belanda.
Observatorium Boscha rencananya akan menggandeng Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk menyimpan dan meneliti data-data digital yang dihasilkan telescope itu.
"Data pengamatan itu bisa langsung dilihat. Kami akan bekerjasama dengan LIPI untuk mengolah dan penyimpan data digital itu," kata Taufik Hidayat.
Sementara itu, fasilitas aplikasi World Wide Telescope dari Miscrosoft, merupakan salah satu perangkat terbaru di Boscha. Perangkat World Wide Telescope merupakan piranti lunak yang diciptakan untuk para peneliti dan masyarakat umum yang mempunyai minat terhadap astronomi.
Para peneliti atau pengunjung Boscha bisa menikmati tata surya, planet dan galaksi hasil bidikan teleskop terbaik di dunia seperti Hubble, Observatorium sinar-X Chandra serta lainnya.

Procesor dual core

procesor dual core

procesor dual core

pa yang dimaksud dengan processor dual core?
Secara sederhana, processor dual core dapat diartikan sebagai processor yang memiliki inti pemroses atau otak ganda. Processor dual core meleburkan du processor sekaligus beserta cache-nya ke dalam sebuah chip.


Dengan  begitu, komunikasi antara kedua die dapat berlangsung dalam clock rate yang lebih tinggi. Banyak yang menyimpulkan processor dual core ini juga membutuhkan daya yang lebih kecil dibandingkan sistem multiprocessor. 
Dalam diagram berikut akan ditampilkan perbedaan antara processor single core dan dual core khususnya pada processor AMD Opteron.
==diagram-single-core===diagram-dual-core
Dari diagram di atas, jelas terlihat bahwa perbedaan utamanya terletak pada jumlah inti pemroses. Dual core menggunakan 2 CPU dan 2 L2 Cache, sedangkan single core hanya menggunakan 1 CPU dengan 1 L2 Cache.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda